‘My Generation’, Realita Anak Jaman Now

Mengangkat Kehidupan Anak ‘Jaman Now’ yang Kritis dan Berani Keluarkan Pendapat, Layak Jadi Referensi Bagi Orang tua dan Anak Muda Millenials

​IFI Sinema yang telah berkecimpung dalam industri film nasional sejak 2017, segera menayangkan film terbarunya bergenre remaja berjudul ‘My Generation’ di seluruh bioskop di Indonesia mulai 9 November 2017.

Film yang disutradarai oleh Upi ini mengangkat realita kehidupan generasi millenials secara natural, mereka lebih kritis dalam menanggapi segala hal dan lebih berani mengungkapkan pendapat mereka tak terkecuali kepada orangtuanya, bahkan secara kritis mempertanyakan kembali nasihat atau larangan yang orangtua berikan kepada mereka yang menurut mereka belum tentu benar atau sesuai dengan karakter mereka. Kehidupan anak jaman now dengan segala problematika yang dihadapi serta beberapa karakter orang tua yang berbeda yang mencoba mengarahkan anak-anaknya yang notabene adalah anak generasi millenials untuk menjadi sesuai harapan mereka. Perbedaan karakter antar generasi yang sangat gamblang tertuang dalam film ini, seperti itulah yang terjadi di kehidupan nyata saat ini.

Di film ini, Upi menggarapnya secara serius, bahkan hingga ke percakapan-percakapan yang terjadi di antara anak muda yang memang merupakan obrolan yang terjadi saat ini di mana anak-anak muda sekarang kebanyakan berbahasa secara bilingual Indonesia dan Inggris. Naskah untuk percakapan pun merupakan hasil riset intensif secara dua tahun yang dilakukan Upi via media sosial.

Upi mengamati obrolan-obrolan yang terjadi di dunia maya yang memang bersentuhan dengan dunia generasi millenials secara random, tentang banyak hal baik orang tua, sekolah, lingkungan hingga teman-temannya, sehingga percakapan yang terjadi di film ini pun murni percakapan yang memang terjadi saat ini, tanpa merekayasa.

“Dalam membuat sebuah film, memang saya selalu tertantang untuk membuat angle-angle yang berbeda dan untuk film remaja, saya tidak ingin mengangkat seputar romantisme percintaan anak muda, tetapi saya ingin mengangkat generasi millenials saat ini yang unik yang cukup menyedot perhatian masyarakat dari kacamata mereka. Untuk mendapatkan percakapan natural untuk naskah, saya tidak melakukan interviu langsung ke anak muda karena biasanya mereka sedikit enggan untuk mengungkapkan pendapat murni seputar orang tua atau pun sekolah, tetapi melalui pengamatan sosial media. Saya mendapatkan obrolan murni yang terjadi yang sangat bagus untuk diungkapkan dan diangkat ke dalam film sehingga nantinya penonton akan mengetahui sudut pandang generasi millenials dalam menanggapi berbagai hal dalam dirinya secara riil, yang ternyata sudah sangat jauh pemikiran dan tindakan mereka dari yang kita bayangkan. Ini merupakan sebuah realita hidup yang coba saya tuangkan dalam film, sehingga film ini bukan bermaksud menggurui generasi millenials tetapi memberikan referensi terkini bagaimana kondisi generasi millenials secara lebih dekat,” jelas Upi antusias.

Lebih jauh, film ‘My Generation’ dibintangi oleh empat pemain fresh yang menjadi bintang utamanya, yaitu Bryan Langelo (sebagai Zeke), Arya Vasco (sebagai Konji), Alexandra Kosasie (sebagai Orly) dan Lutesha (sebagai Suki) serta para pemain senior yang menjadi orang tua yaitu Ira Wibowo dan Joko Anwar (orang tua Konji); Tio Pakusadewo dan Karina Suwandhi (orang tua Zeke); Surya Saputra dan Aida Nurmala (orang tua Suki) dan Indah Kalalo (ibunda Orly).

Adi Sumarjono, Produser IFI Sinema mengatakan bahwa untuk meraih atensi publik terhadap produksi film terbarunya, pihaknya telah mempersiapkan beragam kegiatan yang sudah mulai dijalani secara intensif sejak awal minggu ini.

“Acara gala premiere menjadi puncak dari serangkaian kegiatan promo dan publikasi yang telah kami bangun untuk memperkenalkan film ‘My Generation’. Beberapa kegiatan yang sudah mulai dijalani antara lain kunjungan ke beberapa kantor redaksi media, kunjungan ke beberapa SMA, talk show radio, talk show di program TV hingga acara fashion show. Semua kegiatan ini untuk mengenalkan film serta karakter pemain muda secara lebih dekat. Kami berharap film dengan jenis drama remaja yang mengangkat realitas generasi millenials saat ini dapat menjadi oase bagi penikmat film Indonesia, satu lagi film anak muda dengan angle yang unik dan berwarna,” ujar Adi.

Secara sinopsis, film ‘My Generation’ bercerita tentang persahabatan empat anak SMU, Zeke, Konji, Suki dan Orly. Diawali dengan gagalnya mereka pergi liburan karena video buatan mereka yang memprotes guru, sekolah dan orang tua menjadi viral di sekolah mereka. Hingga mereka dihukum tidak boleh pergi liburan. Tapi mereka terlalu keren untuk mengutuki keadaan dan membuat orang-orang yang sudah menghukum mereka puas.

Liburan sekolah yang terkesan tidak istimewa, akhirnya justru membawa mereka pada kejadian-kejadian dan petualangan yang memberi pelajaran sangat berarti dalam kehidupan mereka. Keempat sahabat ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan konflik yang berbeda-beda pula.

Orly sebagai perempuan yang kritis, pintar dan berprinsip dan ia sedang dalam masa pemberontakan akan kesetaraan gender dan hal-hal lain yang melabeli kaum perempuan. Salah satunya tentang keperawanan. Orly berusaha mendobrak dan menghancurkan label-label negatif yang sering diberikan kepada perempuan. Di luar itu Orly bermasalah dengan ibunya yang single parent, yang sedang berpacaran dengan pria yang jauh lebih muda. Bagi Orly gaya hidup sang Ibu tidak sesuai dengan umurnya.

Suki sebagai perempuan paling cool di antara teman-temannya. Selayaknya anak muda pada umumnya Suki memiliki krisis kepercayaan diri yang berusaha ia sembunyikan.  Tetapi krisis kepercayaan dirinya semakin besar seiring dengan sikap orang tuanya yang selalu berpikiran negatif padanya.

Zeke, pemuda rebellious tapi juga easy going dan sangat loyal pada sahabat-sahabatnya, ternyata memendam masalah yang sangat besar dan menyimpan luka yang dalam di hatinya.  Zeke merasa kedua orang tuanya tidak mencintainya dan tidak menginginkan keberadaannya. Untuk menyembuhkan luka yang dipendamnya, Zeke harus berani mengkonfrontasi orang tuanya dan membuka pintu komunikasi yang selama ini terputus di antara mereka.

Konji sebagai pemuda polos dan naif, tengah mengalami dilema dengan masa pubertasnya, ia merasa di tekan oleh aturan orangtuanya yang sangat kolot dan over protective. Hingga ada satu peristiwa yang membuatnya shock. Hal itu membuat kepercayaannya pada orang tuanya hilang dan Konji balik mempertanyakan moralitas orang tuanya yang sangat kontradiktif dengan semua peraturan yang mereka tuntut terhadap Konji.

Sekilas tentang IFI Sinema

IFI Sinema telah berkecimpung dalam industri perfilman Tanah Air sejak 2007 melalui film-film produksinya berjudul ‘Coklat Stroberi’ (2007), ‘Radit dan Jani dan ‘3 Doa dan 3 Cinta (2008), ‘Coblos Cinta’ (2008), ‘Serigala Terakhir’ (2009), ‘Lovely Man’ (2012), ‘Mika’ (2013) dan ‘Pertaruhan’ (2017).

Latest news

Related news